5 Website Yang Diciptakan Mark Zuckerberg Selain Facebook – Berbicara tentang Facebook, maka tidak lepas dari sosok Mark Zukcerberg. Mark Zuckerberg adalah penemu sekaligus pendiri Facebook yang kita kenal sekarang. Ia menciptakan Facebook di kamar asramanya saat berkuliah di Harvard dan mendirikan Facebook sebagai perusahaan di usai yang sangat muda. Berkat kerja kerasnya terhadap Facebook Mark dianugrahi “youngest self-made billionaire” di usia 23 tahun dan menjadi salah satu orang terkaya di dunia saat ini.
Kecintaannya pada dunia programming sudah terlihat sejak Mark masih kecil. Komputer pertamanya didapat saat ia masih berusia eight tahun. Mulai dari situ Mark mulai menyukai pemrograman dan menciptakan banyak program-program komputer. Lebih lanjut berikut lima web site yang pernah diciptakan Mark Zuckerberg sebelum Facebook.
1. Saat berusia 8 tahun Mark membuat website pemesanan bernama ZuckNet
Program pertamanya diciptakan saat Mark masih berusia dua belas tahun. Ia membuat sederhana bermodalkan pengetahuannya dalam Atari Basic yang ia beri nama Zucknet.
Zucknet merupakan program pemesanan sederhana yang di buat khusus untuk klinik gigi ayahnya. Program tersebut memudahkan resepsionis untuk memberi tahu dokter jika terdapat pasien yang datang tanpa harus memanggilnya secara guide. Program tersebut juga digunakan oleh keluarga Mark untuk berkomunikasi dan memang diperuntukan khusus dalam lingkungan keluarganya saja.
2. Membuat sebuah plug-in bernama Synapse Media Player dan hampir bekerja di Microsoft
Program kedua Mark di ciptakan saat ia masih menjadi siswa SMA di Phillips Exeter Academy kota New York. Di tahun terakhirnya bersekolah, Mark mendapatkn sebuah tugas proyek. Hasil dari tugas tersebut akan dijadikan bahan pertimbangan pihak sekolah untuk membantu siswanya masuk ke perguruan tinggi. Namun, sayangnya Mark belum mendapatkan ide apapun.
Ketika Mark sedang berdiskusi mengenai projek tersebut, tiba-tiba komputernya berhenti memutarkan lagu-lagu di daftar putar. Untuk memutar ulang lagu tersebut, Mark harus kembali ke komputernya dan memilih lagu terlebih dahulu. Menurutnya hal tersebut sangat tidak efektif dan ia membenci hal tersebut. Dari permasalahan sederhana, Mark tiba-tiba mendapatkan sebuah ide.
Mark mendapatkan ide untuk menciptakan sebuah program yang mampu memutarkan rekomendasi lagu secara otomatis. Ia memutuskan untuk menjadikan ide tersebut sebagai proyek sekolahnya.
Adam D’Angelo salah satu temannya bergabung dalam proyek tersebut. Mereka mulai menulis program dan membuat plug-in MP3 Player Winamp yang mereka beri nama Synapse Media Player.
Synapse Media Player merupakan plug-in yang mampu memprediksi kebiasaan mendengar musik pengguna berdasarkan style, artist, taste, atau seberapa sering lagu itu di putar. Fitur tersebut sama seperti fitur rekomendasi yang kita kenal di Spotify. Setelah program tersebut selesai mereka merilisnya di internet secara free of charge.
Plug in tersebut mendapat 1000 obtain dalam waktu singkat. Hasil temuannya tersebut mendapat sambutan baik, Slasdot sebuah media berita teknologi online memberikan score three dari 5 dan sebuah PC Magazine memberikan pujian di salah satu majalahnya.
Kepopuleran Synapse menarik perhatian beberapa lembaga besar seperti AOL (American Online) dan Microsoft. Baik AOL dan Microsoft mencoba menawari Mark untuk menjual plug in. Mereka berani memasang harga satu juta dollar untuk plug in tersebut dan menawarinya pekerjaan tetap di perusahaan mereka setelah ia lulus SMA.
Tawaran tersebut membuat Mark dan D’Angelo yang masih SMA terjaga semalaman. Namun, mereka mengambil keputusan untuk menolak tawaran tersebut dan mengunggah hasil temuannya secara free of charge di web dan memilih untuk masuk ke Harvard ketimbang bekerja di dua perusahaan besar tersebut.
3. Saat kuliah dijuluki keajaiban pemrograman dan membuat website bernama CourceMatch
Di tahun pertamanya kuliah di Harvard, Mark sudah memiliki sebuah ide untuk menciptakan website yang ia beri nama Coursematch. Coursematch merupakan sebuah program yang dapat membantu teman sekelasnya untuk menentukan mata kuliah yang diinginkan di awal setiap semester.
Dengan menggunakan Coursematch, setiap orang dapat melihat jumlah mahasiswa yang terdaftar dalam mata kuliah dan nama dari semua orang yang mendaftar. Hal itu membantu mahasiswa untuk menentukan mata kuliah yang diminati dan teman belajar kelompok.
Coursematch buatan Mark disambut baik oleh mahasiswa Harvard. Namun, ia tidak puas akan hasil tersebut karena jangkauan aplikasi yang terbatas dan hanya digunakan oleh teman sekelasnya.
4. Dibenci satu kampus dan hampir di-drop out karena membuat Facemash
Setelah membuat Courcematch, di akhir tahun pertama kuliahnya. Mark mendapatkan sebuah ide lagi saat ia sedang melihat-lihat buku tahunan Harvard dan bercanda untuk membandingkan salah satu foto tersebut dengan hewan ternak. Berawal dari candaan Mark malah tertarik dengan konsep membandingkan dua orang bersama-sama.
Namun, ide tersebut terkendala perihal information pengguna. Untuk mewujudkan ide tersebut Mark harus memiliki foto dari setiap mahasiswa. Merasa tidak ada jalan keluar, Mark yang sudah terlanjur berambisi melakukan tindakan extreme. Ia membobol data komputer utama Harvard dan mengambil foto-foto mahasiswa yang tinggal di sembilan asrama.
Pada tanggal 28 Oktober 2003, program Facemash diluncurkan ke public. Mark membagikan hyperlink tersebut grub server kampus. Konsep yang menarik dan target yang tepat sasaran membuat aplikasi tersebut dengan cepat menyebar ke seluruh mahasiswa Harvard. Dalam beberapa jam saja Facemash sudah terdapat 450 pengunjung dan mereka telah membuka lebih dari 22.000 foto. Facemash menjadi viral di kalangan mahasiswa Harvard.
Traffic yang padat akibat Facemash membuat jaringan internet Harvard terhambat dan beberapa mahasiswa mengeluh tidak dapat mengakses web. Merasa ada yang tidak beres, Harvard terpaksa menutup jaringan internet kampus.
Akibat tindakan tersebut Mark mendapatkan masalah serius. Mark terancam dihukum oleh adminstrasi Harvard atas tuduhan pelanggaran keamanan, pelanggaran hak cipta, dan pelanggaran privasi individu dan di ancam akan di-drop out. Bahkan salah satu mahasiswa menuliskan makalah yang menyebutan betapa “tidak pantasnya seluruh konsep FaceMash”.
5. Menciptakan Wirehog yang hampir membunuh Facebook
Di tengah-tengah pengembangan Facebook, Mark Zuckerberg bersama dengan co-founder Dustin Moskovitz membuat suatu projek sampingan yang bernama Wirehog. Wirehog merupakan layanan berbagi file peer-to-peer (P2P) yang merupakan salah satu fitur dari Facebook.
Dalam proses pengembangannya Mark sangat tertarik dengan program tersebut. Sehingga membuat Sean Parker yang merupakan presiden Facebook saat itu khawatir. Ia khawatir Mark termotivasi akan program tesebut dan terlalu fokus untuk mengembangkannya sehingga membuat kemajuan Facebook terhambat.
Sean Parker yang memiliki pengalaman pada layanan berbagi file jelas khawatir. Karena menurutnya ide dari program tersebut sangat baik, jika program tersebut bersifat authorized.
Program Wirehog tersebut akhirnya di hentikan Sean Parker pada tahun 2006 dan Mark kembali mengembangkan Facebook.
Nah, para pembaca gimana? Ternyata Mark Zuckerberg memang seorang yang genius di bidang pemrogramman dan sudah mulai dari kecil. Buat kalian, yuk mulai cari apa yang disuka biar bisa jadi kayak Mark Zuckerberg.